Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 11, 2017

Kepadamu, Pemilik Sebuah Nama yang Tertulis di Lauhul Mahfudz Untukku

Teruntuk engkau kekasih dunia akhiratku yang masih dalam rahasia tabir cinta-Nya:  Hei, kamu di mana? Kini aku sedang terluka. Bisakah kau datang segera dengan membawa obat cinta penawarnya?  Apa kamu masih mengingatku? Sosok yang pernah hadir dalam mimpi indahmu, ingatkah kamu? Ini aku, perempuan yang sedang belajar berbenah diri menjadi pantas dan terbaik untukmu. Oh iya, di manapun kamu berada, semoga selalu dalam lindungan-Nya.  Pada pengujung senja sore hari, aku menulis surat rindu dengan binar malu dalam lamunanku, akan aku ceritakan kepadamu tentang seberapa sulitnya perjalan hati ini untuk temukan sosokmu pemilik hatiku. Aku berharap kamu membaca bait aksara sederhana ini, Sayang. Lalu kamu tersenyum senang. Tahukah engkau? Terkadang akupun lelah atas perjalanan yang sudah cukup jauh, namun masih tak kunjung jua ku temui senyum manismu yang ku damba. Terkadang pula di persimpangan jalan hidupku jumpai senyum ramah yang menyapa, hatiku berkata: Mungk...

KISAHKU

Dengarkan kisahku… . Dengarkan, tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku: kerana belas kasihan menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam penderitaanku.. Jika kita mencintai, cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita. Jika kita bergembira, kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi dalam Hidup itu sendiri. Jika kita menderita, kesakitan kita tidak terletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam. Jangan kau anggap bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama atau rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan dari generasi ke generasi. Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran, yang terbuka namun rahsia; ia hanya dapat difahami melalui cinta, hanya dapat disentuh dengan kebaikan; dan ketika kita mencoba untuk menggambarkannya ia menghilang bagai segumpal uap - Khalil Gibran Puisi d...