Tinta Biru

Dari goresan titik-titik pena ini, akan aku ceritakan kisah persahabatan ku dengan sosok yang selalu menjadi Motivasi bagi diriku pribadi.  Satu Tahun yang lalu. Dalam keadaan diriku mencoba bangkit dan keluar dari dunia yang begitu sesat, gelap, dimana aku salah jalan, terseret pergaulan yang begitu bebas, waktu libur setiap minggu hanya aku gunakan untuk bersenang-senang di Bar.  Saat hati terketuk mendapatkan Hidayah-Nya melalui tangan seorang sahabat. Dia yang mengandeng tangan ku tanpa melihat perbedaan. Dia memberi tahu ku, bahwa jalan hidup masih panjang, apalagi usia ku masih Delapan Belas kala itu. Aku harus menciptakan perubahan yang lebih baik pada diriku sendiri. Karena aku masih punya masadepan. Iya. Dia sahabat ku, sosok wanita yang menyukai Jilbab Biru.  Penampilan Busana yang ia kenakan mirip sekali dengan Penulis Kondang, Asma Nadia.  Aku terus mendekatinya, bertanya tentang sastra, dia mengajari ku dengan cinta, menganggap ku seperti saudara. Bahkan...

Capter 20 Paragraf Akhir  -Nikita- Begitu cepat kah senja berlalu,?  Sedang hati masih ingin berlama menikmati keindahan-nya, namun memang kau harus pergi meninggalkan sore. Membiarkan sang Malam hadir membawa kegelapan. Dan  Dengan harapan sang rembulan akan bersegera menerangi gelap yang begitu pekat.  Ini paragraf akhir cerita ku dan dia.  Mungkin ada kelanjutannya, bisa jadi tidak,! Entahlah. Karena aku hanya seorang hamba-Nya. Tidak akan pernah tau apa saja rencana-rencana-Nya.  Cukup seluruh cinta yang ku punya,   ku serahkan pada Ilahi, biarkan Dia yang menjatuhkan cinta  ku itu kepada sesiapa yang di kehendaki-Nya untuk menjadi pangeran ku di dunia sampai nanti di Surga-Nya.  Egois sekali aku, apabila hati terus seperti ini. Memaksa dan berambisi.  Aku istighfar. Apa yang telah ku lakukan ya Rabb.? Mungkin Tuhan baru saja menampar ku,  Iya dengan cara dia menguji ku, membuat hati merasa benar-benar jatuh cinta.  Setelah...