Dia Kapten Hatiku

" Dalam rindu, wajahmu serupa senja, Captain of my heart. Sungguh, menutupi air mata dengan bayang hitam yang pekatnya tak lebih pekat dari penantian. Sudah barang tentu aku mulai menyadari, rasa ini laksana tirani dedauan yang berguguran berserakan tertiup angin. Yakni tak ada artinya sama sekali. Aku tak perduli pada kenyataan yang entah pahit atau manis. Karena kau merupakan sebuah sajak tak bertepi, denganmu aku ingin melayari bahtera mimpi, iya sebatas mimpi yang menggugah semangat diri. Semoga kau akan sandar lagi lain hari, di sini, di pelabuhan hati. Dariku, Yang selalu rindu." Lama aku tidak berpuisi, sajakku menghilang seakan karam, pada entah aku dan segenap hatiku selama dua minggu ini terusik oleh perasaan. Tiba-tiba saja, ada sesuatu Begitu menganggu ketenanganku, padahal ku tahu diriku fokus menyelesaikan ' surat tanpa nama' novel kedua ku. Namun untuk menyelesaikan novel tersebut tidak semudah yang aku bayangkan, aku tidak mau te...