Jomblo Bertasbih
Judul: Jomblo Bertasbih
By nicma faneri
Perempuan itu bernama Rara umur 23 tahun: memiliki wajah yang tirus, berkacama minus, hidungnya mancung, bibirnya mungil, Rara itu perempuan manis. Kepalanya dibungkus dengan jilbab merah, dan rata-rata semua warna jilbab miliknya berwarna merah, Rara mengatakan: merah adalah indonesia, menggambarkan sisi diriku yang pantang menyerah dan keberanianku berada jauh dari tanah air tercinta.
Banyak laki-laki diseberang sana yang mengagumi sosok Rara dan ingin menjadikan ia istri. Tetapi sungguh, rara belum terpikir untuk mengakhiri masa lajangnya terlalu cepat. Dia mengatakan, ingin fokus dengan tujuannya, bahagiakan ortu, kerja keras di negeri orang demi menyambung pendidikannya yang terputus, selain itu rara juga ingin membuka usaha travel. Dan masih banyak hal lain yang belum rara tuntaskan hingga single menjadi keputusan yang menurutnya itu terbaik kini.
******
Hiruk-pikuk suasana victoria park minggu pagi ini seolah tidak berpengaruh dipikirannya, tangan kanannya memegang tasbih, rara memejamkan mata.
"Ra, kamu tidak apa-apa?" Ia tak mendengar tanya wanita bercadar yang duduk disebelahnya.
"Rara," panggilnya sekali lagi seraya menepuk bahu rara lembut. Rara tersentak kaget.
"Eh, Hana. Maaf ye. Tadi aku nggak tahu kamu disini." Kata Rara seraya tersenyum renyah.
"Tidak apa-apa, seharusnya saya yang minta maaf udah ngagetin kamu." Ucap Hana datar.
"Ah, sudahlah. Kamu mau bercerita apa saja jika berkenan. Aku Rara teman baikmu, siap jadi pendengar setia." Hana hanya tersenyum kecil lalu mengelengkan kepalanya.
"Cerita apalagi Ra, nggak ada hehe. Eh, kamu nggak kuliah,?" Tanya Hana mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Yakin kamu kagak mau cerita perihal ikhwan yang sedang ngebet ngajakin kamu nikah itu. See Han. Terkadang memang perempuan itu selalu mengatakan baik-baik saja padahal sebenarnya dia butuh pertolongan khusus dari dokter hati." Kata Rara memancing sahabatnya untuk bercerita.
"Kamu ya, ditanya malah balik tanya,?" Guman Hana, seraya menatap wajah Rara sinis.
"Iya, kamu biasanya juga gitu. Giliran aku tanya kapan nikah,? Kamu belum jawab, udah tanya balik lebih menjurus lagi hahaha." Kejar Rara seraya tertawa lepas.
"Jadi ini kamu lagi balas membalas nih?" Tanya Hana nyengir.
Semut-semut yang berbaris ditembok taman seakan menertawakan dua perempuan yang telah mendapat gelar jomblo varokah itu. Pun bias hangat cahaya Duha diam-diam telah memeluluhkan bekunya hati Sang Dara. Sesekali Rara melihat malam dan siang tak ada bedanya, belum ia temukan warna biru di langit hati. Tak ada, namun sejauh ini Rara masih percaya suatu hari akan temukan warna yang dicari. Iya, katanya suatu hari.
. "Ra, kamu beneran hari ini nggak ada kegiatan.?" Tanya Hana, setelah beberapa saat diam.
"Nggak, Han. Khusus hari ini aku lagi pingin santai saja." Jawab Rara datar seraya meraih sebotol jus jeruk di sampingnya duduk.
"Patut di curigai, di PHP-in lagi, semoga tidak ya hehe?"
“Nggak lah, Mbloh. OMG hello. I’am single women and always happy. Kata; di PHP’in sama kaum Adam itu udah kagak berlaku di hidupku.!” Seru Rara seakan mampu mengalahkan kebisingan disekitar.
“Iya, Ra iya. Saya tadi bercanda.” Kejar Hana seraya menyenggol lengan kanan Rara.
“Langsung cus sarapan yuk,? Aku yakin kamu juga belum sarapan?” Ajak Rara seraya berdiri.
“Bakso ya,?” Kata Hana seraya berjalan menggandeng tangan Rara.
“Terserah kamu, semoga nanti geratis.” Celotehnya seraya tertawa lebar.”
“Hmmm, maunya yang geratis aja kamu ini,” gumam Hana sewot.
“Hei, kamu emang lebih suka yang geratis, padahal yang geratis itu menyenangkan. Misalnya: K.U.A toh uda di geratisin, tapi kamunya kapan atuh,?.” Hana hanya mengeryitkan dahi, seraya memanyunkan bibir.
“Jodoh saya masih di save sama Allah, karena DIA tahu aku belumlah cukup pantas untuk membersamai Abang-Jodoh, maka dari itu Allah memberi saya kesempatan mencintai-Nya terlebih dahulu, selanjutnya memantaskan diri menjadi sosok perempuan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.” Kata Hana bersemangat.
“Jombloh Varokah. Keep strong aja, fokus berbenah, aku setuju dengan pendapatmh kawan. Aku tahu hal itu Han, begitupula dengan pemikiranku, aku masih lumayan-lah 23 tahun, masih jauh dari kata finish. Sesekali aku suka galau juga jadi jomblo apalagi ketika malming datang, maunnya tapa saja di guanya Nyi Pelet haha,” kata Rara dengan expresi wajah memelas setengah tertawa.
Hari menjelang siang, victoria park semakin rame di padati jutaan PMI yang sedang menikmati waktu liburnya. Tapi suasana sudah berbeda tidak seperti dulu, kalo dulu taman ini dipenuhi pasar kecil. Tapi sekarang uda nggak ada lagi, pemerintah hongkong melarang orang asing berjualan tanpa meminta surat izin terlebih dulu. Bahkan saat ini uda ada Cc tv disetiap pojok taman.
Rara dan Hana terus berjalan ke arah utara, menuju tempat langganan mereka makanan khas jawa, rujak.
"Kamu masih semester berapa Ra,?" Tanya Hana.
"Masih semester tiga Han."
"Tapi kan di universitas tempatmu menimba ilmu saat ini itu paling lama tiga tahun setengah bukan?"
"Tergantung bagaimana perjuangan kita aja sih Han, kalo rajin sinau ya pasti cepetlah."
"Kamu masih dua puluh tiga Ra, santai. Saya mah sudah menginjak kepala tiga. Bapak dan Ibu sering menanyakan kapan nikah," kata Hana lirih.
"Santailah aja Hana. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Kita harus percaya kepada yang Maha memberi cinta. Anyway, kalo ditanya kapan nikah, jawab aja sabtu kalo kagak minggu. Simple."
"Iya kan tetap harus di ikhtiarkan Ra. Kita tidak mungkin hanya berdiam diri tak bergerak." Lanjut Hana, seraya mengedipkan mata.
“Iya deh iya. Aku doakan saudari Hana semoga engkau cepat di pertemukan dengan pangeran kodokmu, Allahuma Amiin.”
“Amin, biar jomblo di dunia ini tuh berkurang. Kasihan juga sih Ra, karena dunia sudah terlalu renta untuk menampung beban para Mis Jomblowers, hehe.” Gurau Hana seraya tertawa tipis.
***
“Baiklah, perkenalkan. Saya jomblo. Keseharian Saya tak lain sibuk dan menyibukan diri menjadi manusia yang lebih baik di depan Rabb ku. Saya berkerja di rumah orang dengan ikhlas, mencuci piring, ngosek jiso, cuisung, maisung, dan yang pasti ingin menyenangkan hati Dai-dai dan sing-sang. Iya berkerja keras demi menyambung pendidikan yang sempat terputus dan pendidikan adik juga. Saya jomblo, lahir di kota kesepian, Rumah saya di jalan harapan, nomer 2, gang cinta.” Kata rara seraya menulis apa yang dia ucapkan di buku diarynya. Hana terkekeh.
“Menyiapkan kata-kata buat PO, hehe” kejar Hana seraya menyenggol lengan Rara.
Rara banyak menyimpan luka, hanya saja dirinya pandai menyembunyikan kesedihan hati dari orang-orang disekitar, dia emang sosok perempuan yang ceria seakan dirinya tidak memiliki satupun beban hidup. Dalam diam dia hanya ingin membinasakan luka lama yang meracuni hatinya hingga sampai detik ini Rara tidak bisa jatuh cinta lagi. Kisah silam yang terlalui menjadi salah satu alasan rara bersikuku menjaga hati.
“Rujaknya di kasih cabe berapa Neng,?” Tanya seorang Ibu separuh baya pada Rara.
“Yang pedes Bu,” jawab rara seraya tersenyum tipis.
“Bumbu kekasih halal yang setia banyakin ya Bu,” sahut Hana berniat mengajak Rara bercanda.
“Di tunggu ya Neng, insya Allah rujak kekasih halal siap saji.” Kejar Si Ibu separuh baya penjual rujak di taman Victoria park. Hana dan Rara tertawa lepas, seakan dari tawannya mereka melepas kepenatan dalam jiwanya.
“Ra? Jomblo itu selalu punya cara untuk mengusir sepi?” Bisik Hana lirik.
“Iya Han. Terutama malam minggu. Malam keramat bagi para jomblo, biasannya aku bertapa di jiso.” Lanjut Rara mengeryitkan dahi.
“Kalo saya. Baca lebih ke curhat sama Allah. Seperti sholat malam, perbanyak zikir, dan baca Al-Qur'an dan maknannya.”
“Itu lebih awesome lagi Han, emang jomblo varokah ya kamu,” gumam Rara, Hana merupakan sahabat Rara yang baik, tulus dan mengayomi. Mereka berdua sudah layaknya saudara sendiri. Saling mensupport satu sama lain.
Wanita single mengatakan: Di balik wanita hebat pasti ada sosok laki-laki yang hebat. Tapi bagi para wanita lajang, untuk menjadi hebat, mereka tidak perlu menunggu laki-laki hebat. Kita bisa berdiri di atas kaki kita sendiri dan menatap dunia, bahwa hidup engga harus di isi dengan cinta-cintaan bersama kaum adam. Kesendirian bukan suatu alasan untuk kita tidak bahagia, tapi kesendirian itulah alasan kita untuk memilih bahagia dalam sabar menanti yang terbaik dari-Nya.
“Ra,? Lama saya tidak nge-cek email. Subhanallah udah 500 email yang masuk.” Kata Hana dengan expresi wajah terkejut.
“Haha.. hana. Aku bukan anak SD. Udah pasti paham betul seperti apa keadaan emailnya jombloh,” kata Rara terkekeh.
“Hmm kau benar sahabatku, semua dari operator." Lanjut Hana, selanjutnya mereka tertawa serentak bareng.
Komentar
Posting Komentar