Wiro Sableng 212
Nama saya Wiro, salah satu santri di salah satu pondok pesantren dari Ciamis Jawa Barat. Dan pada hari ini, saya dan saudara-saudara saya siap long march dari Masjid Agung Ciamis, Senin 28 November 2016. Pejalanan yang akan kami tempuh sekitar 300 kilometer. Saya hanya berbekal sajadah dan Al-Qur'an dan sedikit bekal makanan yang kami masukan ke dalam tas punggung, tak lupa sebelum berangkat ada gelar doa bersama, dengan niatan dari hati kami membela Al-Qur'an. Bismillah semoga Allah menguatkan langkah dan jiwa kami, semoga di mudahkan oleh Allah perjalanan kami hingga sampai pada tempat tujuan dengan selamat.
Dalam perjalanan saya merasa sama sekali tidak merasakan lelah, bahkan semakin dekat jarak, semangat seakan begitu membara dalam hati kami masing-masing. Suara takbir bersahut-sahutan dari ribuan santri-santri lainnya. Ketika setengah perjalanan saya tidak lagi bareng Ahmad, sahabat karib dari saya kecil. Walau begitu masih banyak saudara-saudara lainnya, walau kami belum saling kenal namun kami cepat akrab seakan sudah lama kenal. Ada cerita yang haru dalam perjalanan ini, kami berbagi cerita di pertengahan malam, atau sesudah ba'da subuh kami berbagi pengalaman dari pondok pesantren yang berbeda, tidak bisa di ungkapkan dengan kata, bahwasanya Islam merupakan agama yang paling indah di antara agama-agama lain, subhanallah. Dan apabila ada yang mengatakan kami datang ke Jakarta sebagai Makar, itu merupakan tudingan yang sangat keji.
Tepat di hari H, yakni di 212 saya dan jama'ah sampai di jarkarta. Allahuakbar, kalimat itu terdengar serentak dari ribuan santri. Saya menghela nafas panjang seraya mengucapkan kalimat hamdalah sepuluh kali, karena hari ini Jumat Mubarok, tak lupa saya membaca surat Al-Kahfi lalu minum air putih yang tadi saya ambil dari Ibu-Ibu relawan. Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada saya dan saudara-saudara saya yang dengan semangatnya membela Al-Qur'an jilid lll ikhlas lillahita'ala. Banyak bantuan yang berdatangan kepada kami, terutama makanan dan minuman. Dalam hati saya terenyuh akan hal ini, dimana rasa persaudaraan yang saya lihat dan rasa hanya ada dalam jiwa kaum mukminin. Subhanallah.
Dalam perjalanan saya merasa sama sekali tidak merasakan lelah, bahkan semakin dekat jarak, semangat seakan begitu membara dalam hati kami masing-masing. Suara takbir bersahut-sahutan dari ribuan santri-santri lainnya. Ketika setengah perjalanan saya tidak lagi bareng Ahmad, sahabat karib dari saya kecil. Walau begitu masih banyak saudara-saudara lainnya, walau kami belum saling kenal namun kami cepat akrab seakan sudah lama kenal. Ada cerita yang haru dalam perjalanan ini, kami berbagi cerita di pertengahan malam, atau sesudah ba'da subuh kami berbagi pengalaman dari pondok pesantren yang berbeda, tidak bisa di ungkapkan dengan kata, bahwasanya Islam merupakan agama yang paling indah di antara agama-agama lain, subhanallah. Dan apabila ada yang mengatakan kami datang ke Jakarta sebagai Makar, itu merupakan tudingan yang sangat keji.
Tepat di hari H, yakni di 212 saya dan jama'ah sampai di jarkarta. Allahuakbar, kalimat itu terdengar serentak dari ribuan santri. Saya menghela nafas panjang seraya mengucapkan kalimat hamdalah sepuluh kali, karena hari ini Jumat Mubarok, tak lupa saya membaca surat Al-Kahfi lalu minum air putih yang tadi saya ambil dari Ibu-Ibu relawan. Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada saya dan saudara-saudara saya yang dengan semangatnya membela Al-Qur'an jilid lll ikhlas lillahita'ala. Banyak bantuan yang berdatangan kepada kami, terutama makanan dan minuman. Dalam hati saya terenyuh akan hal ini, dimana rasa persaudaraan yang saya lihat dan rasa hanya ada dalam jiwa kaum mukminin. Subhanallah.
Komentar
Posting Komentar