BMI Ngampus

Oleh Tati Tia Surati
Buruh Migran Indonesia di Hong Kong (BMI HK) tidak hanya terkenal pandai dalam berorganisasi, wirausaha, dan karya sastranya, tetapi mereka juga memiliki semangat yang tinggi untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Hal itu terbukti dengan antusiasme mereka menyambut kehadiran Universitas Terbuka di Hong Kong (UT HK) sejak tahun 2011 yang bekerja sama dengan lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan Global Indonesia Training Center (GITC).
“Sejarah berdirinya Lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan GITC di Hong kong sendiri amatlah panjang bila harus diceritakan. Namun, mengenai sejarahnya Universitas Terbuka di Hong Kong ini ialah atas permintaan dari siswa-siswa kesetaraan paket C atau SMA alumni GITC,” kata Direktur GITC, Iwan Giwangkara .
“Mereka ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, namun mereka binggung hendak melanjutkan ke mana sedangkan mereka masih ingin tetap bekerja di Hong Kong. Kemudian itu menjadi PR buat pengurus dan guru-guru di GITC untuk di rundingkan dan akhirnya saya datang melobi ke Universitas Terbuka,” jelasnya.
Menurut ketua UPBJJ Jakarta, Adi Winata, dengan ditandatanganinnya MoU antara GITC dengan pihak UT pusat, khususnya tentang penanganan mahasiswa di Hong Kong, maka pihaknyalah yang mengelola. Mahasiswa awal dari GITC jumlahnya 100 orang dan saat ini sudah smester 3 dari dua jurusan yaitu bidang studi Administrasi Niaga dan Sastra Inggris bidang penterjemah.
Meski dalam perjalannanya mengalami berbagai cobaan, namun saat ini sudah lebih baik. Dari perkembangan mahasiswanya sendiri mengalami penambahan dan saat ini juga di buka pendaftaran baru untuk mahasiswa jurusan komunikasi.
Di Hong Kong ada dua sistem pengelolaan, yaitu berbasis POKJAR (Kelompok Belajar) dan Mahasiswa Mandiri.
Untuk POKJAR dikelola oleh GITC mendapatkan dengan Sistem Paket Smester (SIPAS). Mahasiswa akan mendapatkan Tutorial Tatap Muka (TTM) dengan dosen dari UT pusat dan mahasiswa juga berhak mendaptkan modul.

Sistem pembayaran mahasiswa mandiri memang relatif murah dan mereka tidak TTM, jadi segalanya mereka urus sendiri.
Dengan adanya UT di Hong Kong, GITC bermitra dengan pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong. “Khususnya dalam proses pelaksanaan ujian, kami harus koordinasi dulu dengan Konjen RI. Misalnya menitipkan berkas atau soal-soal ujian ke KJRI karena itu adalah dokumen negara yang harus dijaga kerahasiaannya dan tidak boleh sembarang orang tahu,” jelas Iwan.
Untuk ujian mahsiswa mandiri harus koordinasi dengan Konjen RI, namun jika jumlah mahasiswa mandiri itu lebih banyak, maka mereka sendiri yang akan mengkoordinasi tempat ujiannya. Sedangkan untuk mahasiswa yang berbasis POKJAR semuanya diatur oleh pihak GITC.
Adi Winata juga menambahkan, jika tidak bisa lulus di Hong Kong, maka mahasiswa dapat melanjutkan studinya di Indonesia. Saat ini ada 37 Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. “Kunci sukses untuk mahasiswa adalah rajin belajar dan baca modul serta ikuti Tutorial online agar nila-nila yang di dapat itu lebih baik,” pesannya.
Pada pertengahan bulan lalu, yaitu minggu tanggal 13 Mei dan 20 Mei 2012, sebanyak 95 orang Buruh Migran Indonesia Hong Kong (BMI HK) yang menjadi mahasiswi UT HK mengikuti Ujian Semester di Bhayanihan Centre, Kennedy Town. Mereka mahasiswa UT HK yang dinaungi oleh Lembaga Penyelenggara Pendidikan Global Indonesia Training Center (GITC) yang terdiri dari tiga jurusan, yaitu Administrasi Niaga, Sastra Inggris, dan Komunikasi
Mereka sangat antusias dalam mengerjakan soal-soal yang ada, walau konsentrasi persiapan belajar mereka harus terbagi dengan bekerja hingga larut malam di rumah majikan. (Tati Tia Surati/ddhongkong.org).*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Ke 6

Doyan Jual Mahal! Cewek Leo adalah Zodiak Yang Sulit Ditaklukan.

Cita dan Dendam