Serumpun Bunga Pena
Serumpun Bunga Pena
Kawan, kau tau?
Hidup ini seperti MATEMATIKA ada hitungan, bilangan, dan rumus. Seperti IPA bumi yang berotasi, berevolusi, seperti Kesenian yang menghasilkan ribuan sastra berjuta karya dari anak bangsa.
“Forum Lingkar Pena atau FLPHK" Komunitas PMI yang punya hobby menulis dan karya tulisan merek sudah tidak asing lagi di korang berbahasa indonesia di Hongkong. FLPHK kumpulan penulis dari kalangan pahlawan devisa, mereka telah mencetuskan buku novel “mirecle of life, Jejak Laut"
FLPHK punya perpustakaan yang selalu magang di depan perpustakaan besar Hongkong library, tapi itu satu tahun yang lalu, dan sekarang Alhamdulillah perpustakaan FLPHK sudah punya tempat sendiri, KJRI bekerja sama dengan FLPHK menyediakan tempat baca, tempat belajar menulis dan yang pasti lebih nyaman, sekarang Perpustakaan bisa di jumpai di Gedung KJRI lantai satu.
Alhamdulillah tidak lagi kepanasan, kehujanan. Atau takut di grebek satpol PP karena membuka perpustakaan lesehan,
Tapi kadang kala aku merindukan perpustakaan lama, iya. Perpus FLPHK yang dulu begitu sederhana dan lebih banyak kenangan, di tempat itu menjadi sarana kegiatan membaca buku atau belajar menulis, belajar berorganisasi.
FLPHK yang di ketuai oleh Mbak Anna Ilham. Miss cantik dan pintar ini sudah mendapatkan berbagai penghargaan, karya tulisnya telah di terbitkan di berbagai buku novel, majalah atau koran berbahasa indonesia di Hongkong, anggota FLPHK penulis atau sastrawati yang kesehariannya berkerja sebagai buruh migran atau pembantu rumah tangga. Bahasa kasarnya Babu.
Hidup kami penuh dengan perjuangan, tekat dan doa adalah kekuatan lalu sang pena adalah penyemangat, dan FLP adalah pendukung mimpi kami. Menjadi penulis yang bisa menerbitkan karyanya, itulah mimpi kami kawan. Kau tau?
sekalipun kami adalah seorang TKW, tapi kami menjunjung tinggi martabat bangsa, Selama di Negara ini kami akan menjaga nama baik tanah air tercinta, mengharumkan nama baik pahlawan devisa indonesia. “Menulis adalah perjuangan, kata Mbak Ana ILham suatu hari.” Kata singkat darinya itu selalu ku ingat dan aku tidak akan mengurangi semangat juang penaku.
Hari itu 25 Januari 2015. Merupakan hari pertamaku masuk di FLPHK, sedikit heran.
“Loh, kok bisa ya? Aku di katakan baru masuk?. Padahal sudah tujuh bulan aku belajar bersama Mbak-Mbak Peri Biru?” Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di sanubari. Untuk menemukan jawaban, makanya aku bercerita melalui coretan pena.
Aku datang terlambat hari itu. Aku memang sok sibuk aja, memang kala itu aku belum memakai hijab, masih dalam keadaan berbenah luar-dalam, lalu mencoba belajar memperbaiki diri. Jadi pikiran masih bingung menentukan jalan hidup. Tapi ketika aku bersama sahabat di FLPHK, rasanya aku telah menemukan arah tujuanku.
Membagi waktu dalam kegiatan libur kerja, aku meneruskan sekolah yang sempat tertunda, saat itu dipikiranku cuma ingin berubah dan meninggalkan kehidupan yang serba-serbi dan apalah-apalah. Minuman yang biasanya di sebut Jack Daniel begitu menyandui ku, tapi aku berusaha menggantinya dengan Teh Susu botolan. Lalu Rokok Malboro yang biasanya menjadi cemilan, berusaha ku ganti dengan Permen Karet.
Well. Minggu ke empat biasanya teman-teman FLP tidak ada kegiatan, kita baru berkumpul dan sibuk kalau tugas memanggil, hari-hari biasa sekedar duduk di atas terpal di depan koper besar yang bertumpukan buku-buku novel islami atau novel remaja.
“Assalamualaikum?” Sapaku pada mbak-mbak yang duduk di belakang perpustakaan FLPHK.
“Waalaikumussalam,” sapa mereka kembali.
“Mbak, Bu Anna Ilham ada tidak?” Tanyaku.
“Tuh, di pojok.” Kata mereka seraya menunjuk Mbak Anna yang lagi duduk.
“Terimakasih,” ucapku.
Mbak Ana berkumpul dengan Ibu-ibu ada juga yang masih muda. Pembicaraan mereka sangat serius sekali. Raut wajahnya seperti tak bersahabat dengan Mentari. Kalau begitu biar saja aku yang exis deh. Senyum lebar, bertanya terus, belum faham kalo mereka sedang membicarakan hal penting. That the point.!!
Dia, seorang perempuan hebat dan sastrawati, tulisannya yang aku kagumi. Dia sosok yang ke ibuan, penyayag, dan selalu memberiku nasihat, pokoknya hhmm deh!! Aku pasti sedih kalo sampai Mbak Anna Ilham pulang kampung dan nggak balik lagi ke Hongkong. Ya karena dia sahabat yang begitu memahami.!!!
dia guru sastra yang tak bosan mengajariku hal-hal baik. Dia selalu tampak ceria dan tersenyum pun di suasana hatinya lagi panas, dingin, hujan, kemarau, dan apalah-apalah.
Dia ketua Forum Lingkar Pena Hongkong saat ini.
Kala itu aku masih ingat, aku duduk berjarak satu meter dari Mbak Anna. Karena tidak mau menggangu wajah-wajah yang sedang serius bahkan ada yang dua rius.
Di depanku duduk, ada ibu-ibu berpakain longar selayaknya seniman, memang dia seniman ueyy. Dia menulis proposal di laptop-nya. Aku perhatikan saja, bagaimana cara Ibu itu menguasai keyboard. Sepuluh jarinya menari-nari di atas papan keyboard, dan aku ingat, kalo nggak salah Ibu itu namanya Laras wati. Ahhh aku ngefens sama puisi-puisinya dia , Sikap seorang penulis dan seniman itu rata-rata dingin, so.. aku sapa dia terlebih dahulu. Its just maybe.
Whatever-lah.
Nicma Faneri adalah nama penaku. Aku salah satu dari ribuan penulis yang ingin punya karya yang berguna bagi sesama.
Aku seorang perempuan di muara rantau yang gila akan pengetahuan. Sifat ingin tahu hal-hal baru dan punya misi ingin mengungkapkan hal-hal misteri dalam kehidupan ini.
Anyway
Tak lama aku duduk. Sekilas Mbak Anna menyapaku. Karena aku tahu dia sedang berada dalam posisi membicarakan hal penting. Maka aku hanya mengedipkan mata. Dan tetap pada posisi. Aku bertanya pada anak FLPHK yang duduknya di sebelahku. Aku lupa siapa namanya, aku panggil saja dia Mbak, di buat gampang.
“Sstt, ada acara apaan sih? Boleh tidak aku bicara sama Mbak Anna?" Tanyaku padanya.
“Bentar, Mbak Anna tak bisa di ganggu, lagi ada meeting.” Bisiknya pelan.
“Buku novel yang aku pinjem sudah aku sampul,” kataku dengan suara yang sedikit keras.
“Tunggu saja bentar.” Kata Mbak itu.
Ku perhatikan dengan baik, ketika salah satu anggota FLPHK mengeluarkan buku biru, dia bendahara.
Aku duduk mendekati mereka. Dan mendengar seulas pembicaraan meeting. Meski tak begitu ku simak dengan jelas, tapi aku mengerti.
Aku kagum pada seorang ibu yang melontarkan kata bijak yang membangkitkan jiwa tulisku hari ini.
"Di ibaratkan kita menginjak tanah, lalu berusaha meloncat ke atas, pastinya ya jatuh lagi, loncat jatuh lagi. Hidayah Alloh Ta’ala akan jatuh kepada siapapun yang di kehendakinya,” begitu tuturnya, entah apa pendengaranku benar atau salah. karena suaranya lirih tapi aku masih ingat kata motivasi yang dia ucapkan. “Siapa ibu ini ya?” Tanyaku di hati. Dia sosok yang lemah lembut dan tegas. Ingin mengenalnya.
Dan tiba-tiba aku terkejut dengan sosok wanita bercadar,
Dia menyapaku dengan anggukan kepala. pandanganya menatap tajam padaku.
“Mbak,” sapaku seraya tersenyum padannya
Dia menganggukan kepalanya lagi. Pertama aku mengira dia bukan anggota FLP. Malah aku kira dia itu penjual jilbab atau Al-Qur'an dan busana muslim. Tapi ternyata bukan.
Bendahara FLPHK mencatat sesuatu semacam uang Khas
“Ssssttt, Aku kok tidak di catat?” Tanyaku pada Mbak yang duduk di sebelahku.
“Memangnya kamu sudah daftar resmi di FLP?" Tanyanya, dan aku sedikit bingung.
“Memang harus daftar ya?” Tanyaku kelihatan sekali bahwa aku gagal fokus dan enggak ber- konsisten.
“Aduh, giman ya cara menjelaskannya. Tanya sama ketuanya saja ya?” Kata Mbak itu seraya mengaruk-ngaruk kepalanya yang di balut jilbab. Mungkin dia punya kutu atau semacam ketombe.
“Namamu siapa?” Tanya bendahara FLP padaku.
“Nicma.” Jawabku.
“Anak baru kan?” Tanyanya lagi.
“Iya.” Jawabku.
“Belum tercantum namamu.” Katanya.
“Mbak Anna, Nicma Faneri anak FLP baru ya?” Tanya bendahara.
“Iya, tapi belum tercantum di daftar.” Kata Mbak Anna seraya tersenyum.
“Iya, memang aku jarang sekali masuk." kataku lirih dengan wajah bersalah,
Hari itu aku sadar, bahwa aku terlalu berlebihan dalam hidup. semua salahku. Aku terlalu mendalami kehidupan Matematika setiap langkah selalu menghafal rumus, penuh perhitungan aku tak pandai dalam hal matematika sehingga apa yang aku kerjakan Salah semua dan hasilnya porak-poranda. Nihil.
Sekarang dan mulai hari itu. Kau tau kawan? aku akan belajar IPA, hidup yang akan mengalami Grafitasi. Kehidupan alam yang di ciptakan dengan sempurna oleh Ilahi.
Meeting akhirnya selesai juga. Gerimis membuat perpustakaan FLP tutup lebih awal. Aku duduk mendekati tumpukan buku-buku. Wanita bercadar itu duduk di sebelahku. Mbak Anna memanggil nama wanita bercadar itu “Andre,” aku terkejut bahkan terpelongo. sempat kaget ya mulai deh aku ini memang terlalu lebay. Aku jadi ingat siapa dia. Jelas ingat lah.
“Anda mbak andre kan?” Tanyaku heran dan terkejut. wanita bercadar itu menganggukan kepala.
“Subhanalloh, kamu Andre yang foto-foto bareng sama saya beberapa bulan yang lalu kan?” Tanyaku detail dan lengkap.
“Iya, ini Andre.” Tambah Mbak Anna yang baru datang.
“Waduh, aku kira siapa? Mau menikah dengan Pak Ustad ya?” Tanyaku mengajaknya bercanda.
“Mbak Anna, katanya nicma Faneri, aku bercadar sebab akan jadi istrinya Pak Ustad." katanya. Mbak Anna yang lagi pusing dan wajahnya tak bersahabat dengan kata guyonan atau bercanda langsung menukas pembicaraan dengan ke pokok utama.
“Ndre, kasih Nicma formulir,” kata Mbak Anna langsung.
“Ternyata aku murit baru ya,” tambahku.
“Makanya, yang rajin masuk ke perpus. Biar tidak di katakan baru lagi.” Sahut Mbak yang di belakangku.
Ya hari inilah kawan, aku tergabung bersama rerumpun bunga pena Di FLPHK, kata sambutan dari salah satu teman membuatku tersenyum selebar mungkin. Dan senang!!!
“Selamat Datang di FLP.” Kata Mbak itu menyambutku. Dia salah satu anggota FLP yang bergabung sejak tahun 2007. Terimakasih aku ucapakan buat semua sahabat Peri Biru yang memberiku ruang paling indah dalam dunia sastra yang aku kagumi. Karya tulisan yang berasal dari sanubari. Sukses buat FLPHK, Sukses untuk kita semua Amin.
Dan kata-kata ini Sekedar coretan saja. Aku pernah membaca cerita, dari sebuah buku novel yang pernah ku baca, tentang Seorang perwira Ketika ia masih dalam pendidikan awal diBintara: Jalinan persahabatan sesama anggota terjalin rukun dan sejahtera kokoh dan kuat, bagi tentara republik indonesia kekuatan mereka adalah berjuang bersama kawan untuk mengalahkan lawan. Itu sudah merupakan misi dan tradisi bahkan sudah menjadi pedoman mereka. menjaga Nama Baik menjunjung tinggi tali erat persaudaraan sesama anggotanya. Itu buat contoh berorganisasi saja, begitu pula anggota penulis di forum lingkar pena hong kong, semoga tali erat persahabatan semakin kokoh dan kuat hingga Sahabat Peri Biru FLPHK semakin Menghasilkan karya seni Tulis yang luar biasa “Subhanallah”.
Kayaooooo Man-teman.!!!!
“Nothing is impossible. Anything can happen as long as we believe.”
Komentar
Posting Komentar