Dari Asing Menjadi Saling
"Dari asing hingga saling"
Kita pernah menjadi asing. Rimbun yang purnamanya gelap. Langit yang begitu mendung. Dan basah hujan yang mewarnai lamunan. Tapi lagi-lagi, aku diberi takdir untuk dapat mengenalmu. Lebih jauh dari itu, aku memilikimu. Sebagai sosok yang menjadikanku milikmu juga. Maka kanvas yang biasa kucoret-coret sendiri dengan tanganku, menjadi ganda. Menjadi lebih pemiliknya.
Dan itu kau. Pemilik aku dan milikku. Yang dulu asing menjadi saling. Terima kasih. Tuhan tidak pernah rela menyia-nyiakan hambaNya. Dan.., aku percaya.
Namun TakdirNya berjalan sungguh berbeda. Kini dia berpaling dan pergi bersama dia. Tentu saja mengukir luka yang tidak lagi bisa ku tahan sakitnya. Namun aku ikhlas akan hatiku dan telah emmaafkannya, sebab aku tidak boleh bahagia sebelum benar-benar memaafkan orang yang telah menyakitiku. Cukuplah lara dan duka ini, aku akan melangkah pergi. Menganggap kehadirannya hanyalah sebatas mimpi yang datang menguji naluri.
Aku melanjutkan perjalanan hatiku, sebab untuk mengatakan kepada dunia tentang mimpi dan cita-cita itu sudah terlambat. Kini, aku akan menghabiskan sisa umurku dengan sebaik mungkin. Walau begitu banyak penyesalan disana. Namun aku kuat akan hal itu, pada kepedihan, luka, cedera serius bahkan jika aku hampir kehilangan diriku sendiri. Aku kuat untuk menjadi seorang hambaNya yang di ciptakan dan ada di dunia ini untuk menikmati serta bersyukur atas rahmat dan nikmat yang telah Allah berikan untukku.
Kita pernah menjadi asing. Rimbun yang purnamanya gelap. Langit yang begitu mendung. Dan basah hujan yang mewarnai lamunan. Tapi lagi-lagi, aku diberi takdir untuk dapat mengenalmu. Lebih jauh dari itu, aku memilikimu. Sebagai sosok yang menjadikanku milikmu juga. Maka kanvas yang biasa kucoret-coret sendiri dengan tanganku, menjadi ganda. Menjadi lebih pemiliknya.
Dan itu kau. Pemilik aku dan milikku. Yang dulu asing menjadi saling. Terima kasih. Tuhan tidak pernah rela menyia-nyiakan hambaNya. Dan.., aku percaya.
Namun TakdirNya berjalan sungguh berbeda. Kini dia berpaling dan pergi bersama dia. Tentu saja mengukir luka yang tidak lagi bisa ku tahan sakitnya. Namun aku ikhlas akan hatiku dan telah emmaafkannya, sebab aku tidak boleh bahagia sebelum benar-benar memaafkan orang yang telah menyakitiku. Cukuplah lara dan duka ini, aku akan melangkah pergi. Menganggap kehadirannya hanyalah sebatas mimpi yang datang menguji naluri.
Aku melanjutkan perjalanan hatiku, sebab untuk mengatakan kepada dunia tentang mimpi dan cita-cita itu sudah terlambat. Kini, aku akan menghabiskan sisa umurku dengan sebaik mungkin. Walau begitu banyak penyesalan disana. Namun aku kuat akan hal itu, pada kepedihan, luka, cedera serius bahkan jika aku hampir kehilangan diriku sendiri. Aku kuat untuk menjadi seorang hambaNya yang di ciptakan dan ada di dunia ini untuk menikmati serta bersyukur atas rahmat dan nikmat yang telah Allah berikan untukku.
Komentar
Posting Komentar