Dialog Yang Belum Terjadi (HMFH episode 2)
Kepada sebuah nama di lauhul mahfudzku. Akan ku temui engkau di sepi jalanan riuhku. Aku peluk erat dirimu pada diriku seolah esok Tuhan meniadakan cinta. Bukankah aku tulang rusukmu? Kau adalah aku. Dan aku adalah engkau. Entah.. masih ada saja seutas tanya yang menerka-nerka. Benarkah? Harapan hanyalah kota mati ditinggalkan penduduknya!? Barangkali aku perlu sedikit waktu untuk merayakan rindu akhir tahun yang kelabu. Masih tanpamu.
Hi... Abi, assalamualaikum... selamat malam.
O ya, ini H-1 menuju akhir tahun 2020. Sini-sini duduk berdua, kita berbincang-bincang santai sembari minum kopi. Baik, kamu suka kopi kan? Aku enggak. Wait... meskipun aku nggak minum kopi tapi aku suka aromanya yang puisi. Bagaimana kalau kamu ngopi aku minum teh saja. Berbeda nggak apa-apa toh yoo, yang pasti kita tetap satu meja.
Anyway.. bagaimana kabarmu hari ini? Kamu sibuk apa, Bi? Kalau aku... Ng..tentu saja aku masih sibuk berkecimpung dengan tanggung jawab sebagai Ketua Panitia Lomba menulis cerpen International. Tiga hari berturut-turut aku nggak tidur, Bi. Menentukan 100 naskah terbaik dari ribuan naskah yang ada. Dan insya Allah malam ini aku akan segera rampungkan memilah 28 naskah-naskah terbaik. Setelah itu baru bisa rehat. Setelah lomba selesai, aku lanjutkan naskah novelku ‘#Forgive. Dan buku puisi ‘Matahari di Sudut Bibirmu’ yang insya Allah bakalan rilis 30 Maret. Setelah itu langsung nyambung ke naskah religi *Jomblolillah.
Bi.. aku rindu kamu. I need you right now... now.... aku pejamkan mataku ya, kamu datang.
“Hi Bunda, Wa’alaikumsalam. Aku rindu kamu juga tapi aku masih belum menemukan petunjuk jalan dariNya. Aku kehilangan kompasku. Jadi maafkan aku sayang, mungkin kedatanganku membutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi percayalah, kita hanya perlu meyakini semua rencana-rencana terbaikNya. Kelak kita akan sama-sama mengucap syukur atas buah kesabaran yang kita tanamkan hari ini.”
“Aku hampa... sepi. Aku gak percaya diri dengan diriku. Kadang aku kehilangan semangatku, kadang aku menyerah sama keadaanku.. tapi syukurlah aku selalu punya cara untuk bangkit lagi....”
“Pikiran yang tenang itu bermuara di hati. Sedangkan hati yang resah dan gelisah itu karena kamu terlalu lama jauh dari Rabbmu. Coba kamu ingat-ingat lagi, sholat lima waktumu? Puasamu? Baca Al-qur’an sehari berapa jus..”
“Iya sih ya. Aku selalu minta banyak ke Allah. Dan nggak sebanding dengan baktiku padaNya..”
“Allah itu Maha pemilik segala! Tak ada yang tidak mungkin bagiNya...”
“Abi...”
“Kamu pasti bisa, Bunda!”
“Ya sudah. Assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam. Jaga kesehatan ya. Istirahat yang cukup. Aku sayang kamu..”
Komentar
Posting Komentar